Tagged: tanaman terung

Budidaya Tanaman Terung Putih Untungnya Gurih

Terung adalah salah satu macam sayuran yang sudah sangat dikenal luas di masyarakat. Sebagian jenis terung yang sudah umum diketahui adalah terung warna ungu dan terung warna hijau, yang biasanya dikonsumsi dalam keadaan sudah dimasak. Salah satu jenis terung yang belum dikenal luas di masyarakat adalah terung putih.

Jenis terung yang umum diperjual-belikan di pasar-pasar local kebanyakan terung gelatik, terung kopek, terung medan, terung bogor, dan terung Jepang. Sehingga sebagian besar masyarakat kita masih agak asing terhadap terung putih. Terung putih bentuknya mirip terung Jepang, tetapi ukurannya sedikit lebih besar dan warnanya putih bersih. Terung jenis ini memang baru diperkenalkan sekitar lima tahun lalu.

Terung putih adalah varietas terung hibrida. Sebutan lainnya terung kania. Bentuk fisik terung ini, sebenarnya tidak berbeda jauh dari terung ungu dan hijau. Namun selain warnanya yang putih rasanya lebih manis.

Budidaya terung ini sudah cukup pesat di Kalimantan. Warga disana tertarik membudidayakan karena mempunyai beberapa kelebihan dibanding terung lain. Diantaranya, tingkat produktivitas tanaman relatif lebih tinggi, tekstur buahnya renyah dan empuk.

Analisa Usaha

Prospek usaha budidaya tanaman terung putih cukup cerah sejalan dengan pertumbuhannya, bila dikelola intensif berskala agribisnis. Beikut contoh simulasi analisa tanaman terung putih pada area seluas 1.000 meter persegi.

Perkiraan Nilai Investasi

Uraian Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Tenaga Kerja :    
–          Sanitasi & pengolahan lahan 250.000  
–          Angkut & tebar pupuk/kapur 200.000  
–          Persemaian & tanam 250.000  
–          Pemupukan 300.000  
–          Aplikasi pestisida 150.000  
–          Merumput & merompes 200.000  
–          Panen 650.000 2.000.000
Sarana produksi pertanian :    
–          Bibit 100.000  
–          Pupuk kandang 600.000  
–          Kapur 150.000  
–          Herbisida 50.000  
–          Fertiphos 75.000  
–          KCL, Urea, NPK 350.000  
–          Pestisida 1.250.000  
–          Hidrokarat 50.000 2.625.000
Jumlah   4.625.000
Biaya tak terduga   575.000
Total Jumlah   5.200.000

Populasi 1.300 batang, produksi per batangnya berkisar 2 – 2.5 kg.

Harga jual Rp. 5.000/kg. Hasil produksi (1.300 x 2 x Rp. 5.000) = Rp. 13.000.000,-

Jadi keuntungan per periode (Rp. 13.000.000 – Rp. 5.200.000) = Rp. 7.800.000,-

Tips Budidaya

Budidaya terung putih tidak terlalu sulit. Sebab budidaya terung putih tidak jauh berbeda dengan budidaya terung jenis lainnya. Asalkan memperhatikan kondisi tanah, cuaca, dan pemupukan. Tanaman terung putih bisa menghasilkan buah yang maksimal.

Terung putih dapat tumbuh di lahan dengan ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Cocok tumbuh di tanah lempung berpasir, subur, kaya bahan organic serta mempunyai sistem pengairan yang bagus.

Pengolahan tanah meliputi pembersihan rumput liar di sekitar kebun, dan pembajakan sedalam 30 cm untuk membuat gundukan tanah atau bedengan sesuai lahan yang ada. Lebar bedengan sekitar 100 cm dengan jarak antar bedengan 40-60 cm.

Derajat keasaman (pH) otanah harus diperhatikan. Umumnya pH yang dibutuhkan antara 6-7. Untuk di daerah yang pH tanahnya masih di bawah 4, maka saat persiapan, lahan tersebut perlu diberi kapur lebih dulu.

Sebaiknya, penanaman awal dilakukan saat hendak memasuki musim panas. Alasannya, pengendalian airnya relatif lebih mudah. Dan makin bagus kalau mendapatkan panas yang cukup. Pemupukan selanjutnya bisa dilakukan setiap 10 hari hingga tanaman mencapai usia 45 hari.

Sebaiknya petani menggunakan fungisida sebagai anti jamur. Jika perawatan dilakukan secara telaten, pada usia 65 hari, terung putih sudah mulai berbuahdan bisa dipanen dengan rata-rata produksi per batang mencapai 2 kg hingga 2.5 kg.

Pengalaman seorang petani menggambarkan bahwa pada lahan seluas setengah hingga satu hektar bisa ditanam 10.000 hingga 12.000 batang tanaman terung putih.

Namun setelah panen sekali, dan kembali ingin membudidayakanterung putih, sebaiknya pindah pakai lahan lain. Ini untuk menghindari serangan hama yang mungkin sudah bisa beradaptasi. [SPM-InfoKUKM]

Sumber :

Tabloid InfoKUKM, Edisi No.55, Tahun 5, OKTOBER 2012.